Semua orang punya intuisi walau ada yang berkembang dengan baik, ada yang kurang. Intuisi akan berkembang manakala ia sudah mengenali dan mengembangkannya. Ia melakukan itu dengan menyimak saksama response2 ragawi terhadap informasi2, orang2 dan situasi2. Metode focus-praktek-kalibrasi adalah juklak penerapan teori ini yaitu MENGENALI & MENGEMBANGKAN intuisi.
2. Praktek
Dalam menentukan focus sebaiknya yang interaksinya intensip, jika bisa harian. BJ sudah fokus dan praktek harian. Seseorang yang memfokuskan cari ikan tetapi mancing hanya sebulan sekali tentu tidak efektip. Bagi mereka yang masih kesulitan menentukan fokus, ada baiknya ia memfokuskan pada apa yang dikerjakan secara intensip. Ini adalah proses menjalin kepercayaan dengan intuisinya. Nanti jika ia telah bisa menentukan fokus hidupnya, ia bisa mengubah fokusnya. Pada saat itu ia telah berlatih serasi dengan intuisinya. Seterusnya tidak sulit baginya untuk mengubah fokus.
Seringkali pribadi intuitif membuat kekeliruan dalam menangkap intuisi yang benar. Sebab intuisi dengan yang lainnya dan ia kebingungan menentukan yang intuisi yang mana. Kadang ia mengambil sebuah yang diyakininya sebagai intuisi dan ternyata keliru, ia lantas kecewa dan tak lagi mempercayai intuisinya. Akibatnya ia tak lagi menyimak intuisi, demikian berlangsung hari demi hari sehingga intuisi yang tak pernah digubris menjadi tak berkembang. Menangkap intuisi (bisa) sulit sekali sebab intuisi cuma sekilas. Pada saat yang bersamaan bermunculan yang lain2 (impian, kayalan, perasaan, dll) yang simpang siur dalam benak.
Oleh karenanya ia harus benar2 menyimak dengan extra saksama dan ini hanya bisa dicapai dengan PRAKTEK penuh konsentrasi. Praktek adalah proses pengulangan2 yang membuat kita makin mampu menangkap sasmita2 intuisi. Kesalahan2 baik dalam mengambil intuisi atau kesalahan yang dibuat oleh intuisi sendiri jangan sampai membuat patah semangat. Jika ia terus2an mengikuti intuisinya makin lama ia makin bisa menandai dan menangkapi dengan baik intuisi2 yang me-loncat2 dalam benak.
3. Kalibrasi
Mata kita kadang2 harus ‘dikalibrasi’ dokter dan saat usia > 40 tahun, banyak yang harus mengenakan kacamata. Bukan hanya itu, hidung pesekpun ikut2an ‘dikalibrasi’ agar mancung. Mesin2 juga dikalibrasi, istilahnya disetel atau di tune-up. SPBU2, alat2 ukur dll juga harus secara peresodik dikalibrasi oleh BMG. Otakpun juga dikalibrasi berkesinambungan Dari TK s/d PT kita selalu punya rapor; itulah hasil kalibrasi. Begitu juga halnya dengan intuisi. Ia harus terus2an dikalibrasi. Dipantau hasilnya, akurasinya, frequensi salahnya, dst. BJ mengkalibrasi harian dengan mencatat hasil2 intuisinya dikolom ‘intuisi’ dibandingkan dengan metode medis pro.
Kitapun harus begitu, senantiasi kalibrasi, kalibrasi, dan kalibrasi. Anda akan mengalami tahap2
1. Pertama melakukan pasti hasilnya ambyar tidak karu2an, salah2 melulu.
2. Tahap meragukan. Benarkah itu hasil intuisi ? Bukan kebetulan, ndhilalah, keberuntungan ? Atau di-cocok2in ?
3. Tahap tidak stabil. Dalam sebulan hasilnya bagus, lain kali memble. Pahamilah bahwa ini tahap2 normal. Otakkpun bisa lelah dan keliru.
4. Tahap percaya. Jika tahap ini bisa dilampaui, intuisi2 mengalir lebih lancar.
Selesai ? Belum ! Masih ada tahap implementasi. Ada sasmita2 intuisi yang jelas dan siap pakai, ada pula yang masih harus dieksekusi, minta persetujuan pihak lain, musyowaroh, dll. Misal, seorang polisi punya intuisi bahwa pembunuhnya Temu. Ia tidak bisa se-mena2 menangkap Temu. Ia harus mengumpulkan bukti2 (sidik jari, saksi2, motif, dll) secara logis. Banyak yang karena kesulitan menemukan bukti lantas meragukan intuisinya.
Berikut beberapa suplemen intuisi
2. Praktek
Dalam menentukan focus sebaiknya yang interaksinya intensip, jika bisa harian. BJ sudah fokus dan praktek harian. Seseorang yang memfokuskan cari ikan tetapi mancing hanya sebulan sekali tentu tidak efektip. Bagi mereka yang masih kesulitan menentukan fokus, ada baiknya ia memfokuskan pada apa yang dikerjakan secara intensip. Ini adalah proses menjalin kepercayaan dengan intuisinya. Nanti jika ia telah bisa menentukan fokus hidupnya, ia bisa mengubah fokusnya. Pada saat itu ia telah berlatih serasi dengan intuisinya. Seterusnya tidak sulit baginya untuk mengubah fokus.
Seringkali pribadi intuitif membuat kekeliruan dalam menangkap intuisi yang benar. Sebab intuisi dengan yang lainnya dan ia kebingungan menentukan yang intuisi yang mana. Kadang ia mengambil sebuah yang diyakininya sebagai intuisi dan ternyata keliru, ia lantas kecewa dan tak lagi mempercayai intuisinya. Akibatnya ia tak lagi menyimak intuisi, demikian berlangsung hari demi hari sehingga intuisi yang tak pernah digubris menjadi tak berkembang. Menangkap intuisi (bisa) sulit sekali sebab intuisi cuma sekilas. Pada saat yang bersamaan bermunculan yang lain2 (impian, kayalan, perasaan, dll) yang simpang siur dalam benak.
Oleh karenanya ia harus benar2 menyimak dengan extra saksama dan ini hanya bisa dicapai dengan PRAKTEK penuh konsentrasi. Praktek adalah proses pengulangan2 yang membuat kita makin mampu menangkap sasmita2 intuisi. Kesalahan2 baik dalam mengambil intuisi atau kesalahan yang dibuat oleh intuisi sendiri jangan sampai membuat patah semangat. Jika ia terus2an mengikuti intuisinya makin lama ia makin bisa menandai dan menangkapi dengan baik intuisi2 yang me-loncat2 dalam benak.
3. Kalibrasi
Mata kita kadang2 harus ‘dikalibrasi’ dokter dan saat usia > 40 tahun, banyak yang harus mengenakan kacamata. Bukan hanya itu, hidung pesekpun ikut2an ‘dikalibrasi’ agar mancung. Mesin2 juga dikalibrasi, istilahnya disetel atau di tune-up. SPBU2, alat2 ukur dll juga harus secara peresodik dikalibrasi oleh BMG. Otakpun juga dikalibrasi berkesinambungan Dari TK s/d PT kita selalu punya rapor; itulah hasil kalibrasi. Begitu juga halnya dengan intuisi. Ia harus terus2an dikalibrasi. Dipantau hasilnya, akurasinya, frequensi salahnya, dst. BJ mengkalibrasi harian dengan mencatat hasil2 intuisinya dikolom ‘intuisi’ dibandingkan dengan metode medis pro.
Kitapun harus begitu, senantiasi kalibrasi, kalibrasi, dan kalibrasi. Anda akan mengalami tahap2
1. Pertama melakukan pasti hasilnya ambyar tidak karu2an, salah2 melulu.
2. Tahap meragukan. Benarkah itu hasil intuisi ? Bukan kebetulan, ndhilalah, keberuntungan ? Atau di-cocok2in ?
3. Tahap tidak stabil. Dalam sebulan hasilnya bagus, lain kali memble. Pahamilah bahwa ini tahap2 normal. Otakkpun bisa lelah dan keliru.
4. Tahap percaya. Jika tahap ini bisa dilampaui, intuisi2 mengalir lebih lancar.
Selesai ? Belum ! Masih ada tahap implementasi. Ada sasmita2 intuisi yang jelas dan siap pakai, ada pula yang masih harus dieksekusi, minta persetujuan pihak lain, musyowaroh, dll. Misal, seorang polisi punya intuisi bahwa pembunuhnya Temu. Ia tidak bisa se-mena2 menangkap Temu. Ia harus mengumpulkan bukti2 (sidik jari, saksi2, motif, dll) secara logis. Banyak yang karena kesulitan menemukan bukti lantas meragukan intuisinya.
Berikut beberapa suplemen intuisi
Lanjutken ke 7. Suplemen Intuisi : MBTI
No comments:
Post a Comment