5. Kalibrasi

Presentasi Intuisi
Penting untuk memahami bahwa kita harus mengkomunikasikan pencolotan intuisi kepada pihak lain. Kita tidak cukup menyatakan “ menurut intuisi saya, .... “ Kita harus menyatakan dengan bahasa umum yaitu analisa logika. Misal pada waktu krismon ada pencolotan ‘expor !’. Kita harus menjelaskan dengan argumentasi2 logis. Misal bung IBK mendapat intuisi bahwa harga2 saham perbankan bakal naik ia harus melengkapi dengan data2 & fakta2. Menurut Hawkin “to justify it by filling in the intermediate steps.”. Rumus Henry Poincaré hetidaknya dipakai : by intuition we discover, by logic we prove’. Jika tidak, anda bakal jadi bahan tertawaan. Apalagi kalau intuisinya keliru ! Kalau apes ini melukai harga diri kita. Lebih bijak lagi, anda tak sepatah katapun membicarakan intuisi.

Misteri Intuisi
Hingga sekarang tak jelas apakah intuisi itu semacam reflex, artinya tiap orang sama ataukah mirip akal dimana ada orang yang pandai ada pula yang bodoh. Tidak jelas apakah intuisi itu mudah dikembangkan bagi semua orang ataukah hanya orang2 tertentu yang secara ‘kodrat’ (genetik ?) mudah mengembangkan intuisi. Pertimbangan moderat, ada orang2 yang cepat dalam mengembangkan intuisi dan ada yang butuh waktu lebih lama. Ketekunan bisa menutupi kekurangan ini. Saya kembalikan masalah ini kepada ybs.

Metode BJ
Seorang kenalan, sebut saja namanya BJ praktek dokternya nyentrik. Setiap ada pasien datang, disuruhnya diam 2-3 menit. Kemudian ia menulis dikartu pasien yang terdiri dari dua kolom, intuisi dan diagnosis. Dikolom intuisi ia menulis apa saja yang melintas dibenaknya. Serelah itu barulah ia praktek dokter medis profesional, tanya2, raba sana, raba sini dan lantas mengisi dikolom diagnosa. Misal, hasil intuisi : pilek, diagnosa : panu. Awal2nya kacau beliau. Makin lama makin banyak yang pas tetapi masih meragukan, apakah itu hasil intuisi, kebetulan, keberuntungan, atau apa ?

BJ rajin memonitor hasilnya dengan mendatangi pasien2nya. Serelah sekian tahun BJ sukses dan prakteknya laris. Mayoritas pasien2nya sembuh terutama penyakit2 kronis menahun. Orang bilang ia dokter ‘bertangan dingin’. Ia sama sekali bukan dukun, ia 100% logis dan nalar. BJ lebih mempercayai intuisinya tetapi ia selalu memastikan dengan praktek dokter medis profesional. By intuition he ‘discovers’ and by logic he proves. By logic adalah standar praktek dokter pro. Sampai sekarang ia prakteknya tetap begitu tetapi ia tidak pernah meninggalkan prosedur medis. Obat2nyapun obat apotik standar. Jika penyakitnya serius, dikirim ke RS.

Metode BJ mudah dilihat tetapi prakteknya susah, lama dan hasilnya tidak menjamin. Walau susah memegang buntut si intuisi, jika jadi hasilnya gandhem marem. Nanti saya ceritakan bagaimana sepencolotan intuisi semalam nilainya bisa lebih dari hasil kerja > 40 tahun. Kita simak konsep2 dasar metode BJ. Saya tidak tahu ia mengadopsi dari siapa. Bagi saya, nara sumbernya tak penting. Metode ini berisi tiga langkah : fokus-praktek-kalibrasi.

Fokus
Dengan hanya memfokuskan pada satu bidang, yaitu mengobati orang sakit, BJ telah melakukan filterisasi atau menyaring berbagai macam hal yang bersliweran dalam benak, yang bisa jadi bukan intuisi melainkan kayalan, ilusi, fantasi, rasa, emosi, dll. Kedua, mustahil kita ‘mengintuisi’ semua hal. Ia realistis hanya memusatkan pada mengobati orang. Kitapun harus demikian. Semakin sempit fokus semakin mudah tercapai. Sebaliknya, semakin nggrambyang makin sulit. Misal, pialang rumah jika ia rentang fokusnya terlalu lebar, pokoknya jual beli rumah, makin sulit intuisinya berkembang. Jika ia spesifik, misal kusus apartemen2, tingkat kesulitannya makin tipis. Lebih yahud lagi jika ia makin sempit lagi, misalnya apartemen2 mewah.

Dengan fokus kita hanya menyimak gerak gerik intuisi yang itu dan tidak dikacaukan dengan lintasan2 lain dalam benak. Tetapi, bahkan memfokuskanpun tidak mudah bagi kebanyaan orang. Mau fokus apa ?


Lanjutken ke 6. Praktek

No comments:

 

Friends

Inspirasi dan Motivasi Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh