4. Matrix M & E

Organisasi Gemblong, sudah bukan lagi organisasi entrepreneural. Ini sudah menjadi organisasi managerial. Sebab, entrepreneural by definition hanya sebatas initiating atau merintis.
Sesi ini lebih untuk yang condong ke profesi xpreneur atau yang terpaksa kesitu karena tidak mendapatkan pekerjaan formal.

Organisasi2 kecil sampai menengah bisa dikelola menjadi 4 kombinasi matrix M & E
1. Organisasi M dikelola dengan cara M
2. Organisasi E dikelola dengan cara E
3. Organisasi M dikelola dengan cara E
4. Organisasi E dikelola dengan cara M

1. Organisasi M dikelola dengan cara M
Ini cocok untuk birokrasi dan organisasi2 nir laba. Jika organisasi laba, maka yang terjadi adalah kemandegan. Perusahaan ini berjalan ajeg dan stabil tetapi menjadi kerdil. Sulit berkembang. Bisnis2 kecil umumnya seperti ini. Bisnis2 itu bukan lagi usaha wiraswasta karena E bermakna memulai/merintis. Status wiraswasta sebatas pada penghasilan dan kepemilkan yang empunya

2. Organisasi E dikelola dengan cara E
Organisasi ini akan labil karena tidak memiliki sifat M yang stabil. Selalu mencoba bisnis ini, itu, inu, tak kunjung habis2nya. Belum lagi selesai sudah mulai, mulai, dan mulai lagi seterusnya. Ini adalah fenomena2 yang sering dialami E muda atau yang mengawali karirnya. Ia merangkap jabatan tanpa menyadari apakah ia bersifat E atau M. Usahanya gonta ganti. Jikapun berjalan akan tidak stabil. Terkadang bagus terkadang kurang bagus. E punya sifat men-coba2, experimental, dan cepat merespon peluang2 yang diluar bidangnya sehingga mentelantarkan yang ada ditangan. Pada dasarnya E kurang tahan dengan rutinitas yang menjadi kekuatan M.

3. Organisasi M dikelola lengkap dengan E
Organisasi M sudah berjalan dengan mantap, menghasilkan laba dan stabil. Ini muncul dalam wujud divisi Riset & Development (RND) yang mengembangkan produk2 yang ada. Atau punya departemen Business Development. Terkadang dilakukan pemisahan yang tegas antara kepemilikan dengan manajemen. Ini bentuk umum dipakai dan cukup efektip.
Terkadang E memberi kesempatan kepada M untuk melakukan tindakan2 entrepreneural yaitu mengembangkan. Ini yang disebut Intrapreneur atau E dalam perusahaan. Saya mendapatkan kesempatan ini ketika perusahaan yang saya kelola stabil. Saya mengembangkan dari Thermal Insulation Engineering ke Coating tetapi kurang berhasil karena terlantar dengan tugas2 M. Karakter saya lebih kuat sebagai M daripada E. Perusahaan ini sukses mengembangkan dari bisnis inti menjadi punya divisi perdagangan, yaitu stockist bahan2 teknik Thermal Insulation. Sayang, kontribusinya terlalu kecil.

4. Organisasi E dikelola dengan cara M
Ini banyak terjadi pada kasus2 eksekutip yang alih profesi menjadi wiraswasta. Entah karena pensiun, di PHK atau karena kemauannya sendiri. Eksekutip2 yang mungkin sukses dikarirnya banyak yang tidak menyadari bahwa E punya sifat yang bisa bertolak belakang. Setelah bekerja bertahun dengan suday2 yang disediakan perusahaannya eksekutip2 ini kedodoran ketika harus menggalang suday dari nol. Ia yang piawai sebagai M, sulit untuk gesit bekerja grambyangan penuh ketidak pastian. Yang sangat berbeda dengan dunianya dulu, yang serba teratur dan mapan.

Ketika terjadi petaka 98, banyak kawan2 saya yang diPHK dengan pesangon cukup bagus. Mereka coba berwiraswasta tetapi hasilnya bisa ditebak. Ambyar karena miskinnya karakter E. Bagaimana mungkin seorang mantan QC Engineer, atau Geolog yang se-umur2 tak pernah bicara tentang duit tiba2 harus mencari suday ?


Perbedaan E dengan M yang sangat mencolok adalah caranya bereaksi.
Sikap M : Ready – Aim – Fire (Siap – bidik – tembak)
Sikap E terbalik : Ready – Fire – Aim ! (Siap - tembak – bidik)


E sangat responsive dengan ‘peluang’. Dengan gesit ia menyambar peluang. Sesudah itu baru mereka kelabakan manggalang suday untuk menangkap peluang. Menghimpun suday dari nol adalah salah satu kelebihan E. Sedangkan M sebaliknya, mereka harus dibekali suday dulu dan kemudian membidik sasaran, baru menembak.
Ibaratnya E itu tentara. Kalau ketemu orang mencurigakan, langsung ditempilingi baru ditanya kamu maling bukan. Sedangkan M itu polisi, tanya dulu (bidik) baru bertindak (tembak). M lebih sistimatis, analitis, dan terukur. Karena mayoritas dari kita adalah M, E menjadi makluk ‘aneh’.


Suplemen Managerialship [4]
Lembar ini hanya sekedar keterangan2 pelengkap.
Sejauh ini telah kita inventariskan karakter2 yang diperlukan sebagai M
1. Mampu memimimpin
2. Pintar dalam arti memiliki ability yang dibutuhkan.
3. Kepastian (definitness), Keteraturan (order), dan Kesinambungan (continuity)
4. Mengerjakan dengan baik dan benar (do things right) sesuai target atau ketentuan.
Daftar itu masih panjang. Satu persatu kita bahas.

Definisi2
Definisi2 LME banyak, mulai dari yang sederhana sampai ke yang high profile. Leadership secara sederhana bisa didefinisikan sebagai ada pengikutnya. Jika begitu, sopirpun bisa disebut pemimpin karena punya anak buah satu, si kenek. Tentu kadar kepemimpinannya tidak sama dengan Hitler, misalnya. Makanya, nanti akan ada definisi2 high profile.

Begitu juga dengan E. Definisi sederhana kita adalah ‘merintis’ plus menghadapi ketidak pastian plus resiko. Ketika perusahaan sudah berjalan bagus, maka resiko menurun. Begitu juga dengan ketidak pastian dan perintisan. Dengan begitu organisasi ini sudah tidak bisa lagi disebut entrepreneural. Ini adalah organisasi manajerial.
Toko2 klontong sekitar kita, warung2, tukang2 sate, SPBU, warnet2, wartel2 dll, yang sudah mapan bukan lagi organisasi E.

1 comment:

Anonymous said...

Cosa dire di più su 4. Matrix M & E ? Credo che hai reso bene l'idea! Ti potrebbe interessare un sito su scommesse sportive ? Facci un salto e vedi se trovi qualcosa di interessante! Troverai solamente scommesse sportive .

 

Friends

Inspirasi dan Motivasi Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh