Apakah mencari lingkungan yang sesuai dengan harapan satu2nya pilihan? Bukan, ada belasan pilihan tersedia bagi kita dalam menyikapi Faktor Eksternal.
1. Mencari
Idealnya, kita harus mencari kesesuaian antara bakat (FI) dengan lingkungan (FE). Nature (bakat) mencari Nurture (alam). Ini adalah solusi terbaik dan diprioritaskan. Prakteknya, tidak semudah mengatakan. Sudah kesulitan mencari bakat, lingkungan yang didapat tak sesuai dengan harapan.
2. Menyukai
Jika anda tidak menghargai atau menyukai yang anda kerjakan, anda harus ganti. Atau, dengan menyukai apa yang dikerjakan. Anda tidak bisa mendua. Jika anda tidak menyukai pekerjaan atau lingkungan anda dan tidak bisa mencari pekerjaan lain, anda akan berada dalam keadaan hidup segan matipun tak hendak. Alias koma. Minimal tidak berprestasi.
3. Menghadapi
Jika yang ada ditangan tidak sesuai dengan harapan, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapi. Dengan senantiasa mengembangkan diri. Tanpa putus2nya. Sepanjang usia. Kita menempa diri menjadi man for all season. Apapun keadaannya, kita akan hadapi. Do what you can with what you have, right now, right here. (Theodore Roosevelt).
4. Berkolaborasi
Kita pertimbangkan saran Nicolo Maciavelli, filosof kontroversial, (yang tersohor karena ucapannya – lebih baik ditakuti dari pada dicintai) yang berkata bahwa jika kekuatan luar terlalu besar, dari pada memusuhi, mending bersikap kooperatif. Adik teman resah dengan pembawaan atasan yang nylekit dan suka me-maki2. Jika ia bisa, ia akan pecat atasan. Tetapi, mana ada anak buah memecat bapak buah ? Ia coba terapkan taktik Machiavelli, merubah sikapnya dan berkolaborasi dengan atasannya. Dengan merubah sikapnya FE yang semula tidak ramah menjadi lebih bersahabat.
5. Menyesuaikan diri
Ini sering tidak mudah. Ada yang resah karena ia berada dikalangan orang2 yang koruptif, yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Mau minggat salah karena ia mencintai jobnya. Cari pekerjaan juga sulit. Mau bertahan disitu, ia dimusuhi lingkungannya. Mau ikut2an korupsi tersiksa hati nuraninya. Ini memang dilematis dan fakta kehidupan. Namun, dalam banyak kasus, banyak yang berhasil beradaptasi.
6. Memanfaatkan
Contoh yang gampang adalah mak Giver (MacGiver). Ia memanfaatkan apa saja yang ada disekitarnya menjadi berguna. Kawat, obat nyamuk, kaleng, dll. Demikian pula dalam bekerja. Kita bisa memanfaatkan banyak hal. Ada mentor, atasan, supplier, rekan2, kolega. Ada komputer, perpustakaan, dll. Tak ada rotan, akarpun jadilah.
7. Memusuhi
Ia memusuhi FE. Ia memusuhi atasannya, kolega2nya, peraturan2 kantor, bahkan mbalelo terhadap aturan negara. Jika ia kuat ia bisa menjinakkan lingkungannya tetapi jika tidak ia akan terlibas, minimal di PHK.
8. Mengkambinghitamkan
Sampai derajat2 tertentu sikap ini bisa ditolelir. Masalah ini kan kita bicarakan lebih rinci di episode ke II : menyikapi kegagalan.
9. Menaklukkan
Aha, ini dia, orang yang istimewa. Faktor internalnya begitu kuatnya sehingga ia mampu ‘memaksakan kehendak’ agar faktor external tunduk pada titahnya. Contoh mak Eros yang mendapat hadiah Kalpataru karena menyudet gunung. Mak Eros yang ndeso bisa menaklukkan gunung !
10. Menciptakan
Ini juga istimewa. If you can’t find it, make it. Contoh, ketika Ir. BH tidak sepakat dengan cara manajemen perusahaanya. Ia minggat dan bikin Pt sendiri. Karena miliknya sendiri, ia bisa semaunya mengatur. Dan ia sukses. Perusahaan yang dulu menggajinya malah sekarang bangkrut.
11. Mengembangkan
Mirip dengan no. 10. Bedanya, menciptakan mulai dari nol, mengembangkan adalah menggunakan apa yang ditangan.
12. Menyerah
Dibicarakan pada hari Qiamat.
13. Dll (lupa)
Silahkan kembangkan sendiri alternatip2 baru.
Setiap orang punya kecenderungan sendiri2. Ada yang menyukai sikap nomor sekian, sekian, dan sekian. Saya pribadi menyukai no. 3, 6, dan 11. Saya sudah mempraktekkan quite sucessfully. The choice is yours. Always.
Lanjutken ke 13. Menyikapi faktor X
No comments:
Post a Comment