Kita simak lagi surat yll sebagai studi simulasi :
... soal faktor internal, eksternal and X (saya setuju banget soal faktor X! mungkin malah X pangkat x hehehe...).
“ ... alasan saya tanya adalah, gak akan banyak gunanya (saya aliran pesimis kalo udah gini..) .. karena, untuk mengubah orang dewasa itu sulit... bisa dihitung deh dengan jari... memang ada, contohnya kakak teman saya yang berubah 180 derajat setelah membaca buku poor dad rich dad... tapi kalo mo jujur, berapa sih yang berubah seperti itu? balik lagi ke faktor internal tadi ... yaitu orang2 yang punya kualitas lebih... yang udah punya modal atau bakat lebih in their childhood.. “
Dengan observasi dari luar kita bisa menebak bahwa ybs adalah ELC. Lihat yang digaris bawahi. Ia bersandar pada faktor-x, pesimis dan skeptis terhadap artikel ini, apatis, berpendapat bahwa merobah orang dewasa sulit, dan fatalistik dengan menyatakan bahwa nasib kita sudah ditentukan sejak masa kanak2.
Pertama, jangan gegabah dulu menghakimi seseorang. Mungkin saat itu ia sedang ‘labil’. Entah sedang sakit gigi, entah sedang depresi dirundung duka, dll. Mungkin juga lingkungannya sedang labil. Jika ia mengemukakan pendapatnya dalam keadaan baik dan suasana lingkungan yang baik, maka tak salah lagi ia adalah ELC.
Jika ia ELC andapun akan sependapat dengan saya - sulit baginya untuk sukses. Apatismenya, pesimismenya, dan fatalismeya bahwa ia sudah tak bisa lagi berubah akan membuatnya terpasung dalam deraan nasib. Ia menyatakan apatismenya bahwa artikel ini tidak akan banyak gunanya. Dapatkah anda bayangkan jika ia tidak pernah membaca artikel ini ? Untunglah ia menyadari kekeliruan sikapnya. Saya berbahagia artikel ini tidak sia2. Seseorang terhindar dari perosok lubang yang lebih dalam.
Jika anda dalam kategori ‘normal’ dan membaca sampai baris ini, maka anda akan beranjak dengan sikap yang lebih benar. Karena saya mengalami dan membuktikan sendiri. Ketika kuliah tak kunjung selesai, saya mulai dirundung bete dan meragukan diri. Seorang kawan mahasiswa Psikologi iseng2 mengetest saya dan hasilnya saya adalah ELC. Ia meyakinkan saya bahwa saya (saat itu) sedang ‘labil’ dan LoC bisa digeser; dan ‘nasib’ saya akan lebih baik.
Ia tidak bohong, sekian puluh tahun kemudian, ‘nasib’ saya jauh lebih baik. Saya dulu tidak punya nyali, takut / enggan memikul tanggung jawab, mudah menyerah, fatalistik, apatis dan sulit dimotivasi, dst, dst. Prestasi tidak stabi. Kadang bagus kadang memble. Sifat berharga yang saya akuisisi dari menggeser LoC antara lain gigih, punya nyali, dan mudah memotivasi diri.
Saya ingin membagikan sekelumit pengalaman ini kepada siapa saja yang dengan tekun menyimak artikel ini.
Semoga bermanfaat.
Kembali ke halaman depan
- Rajah Jari
- Beranda
- Artikel2
- Rajah Tokoh
- Pria2 Jantan / Betina
- Wanita2 Jantan / Betina
- Rajah Jagal
- Anggota2
- Rajah Tokoh & Selebriti
- Aming
- Antasari Azhar
- Anwar Ibrahim
- Bambang Trihatmojo
- Broke Shield
- Carissa Putri
- Dede Yusuf
- Eddy Silitongga
- Elsa Manora Nasution
- Ès Béyé
- Fadel Muhammad
- Gianni Versace
- Indra Bruggman
- Ingrid Wijanarko
- Inul Darastita
- Julia Perez
- Mayangsari
- Nasrudin Zulkarnaen
- Nia Zulkarnaen
- Rachmat Kartolo
- Rano Karno
- Rhani Juliani
- Ria Irawan
- Sri Mulyani
- Syekh Puji
- Ully Artha
- Tamara Geraldine
- Montor Udug
- Dagelan
- Inspirasi
- Beranda
- Sikap Kerja
- Locus of Control
- Citra Diri
- Dasar2 Kapitalisme
- Managerialship
- Entrepreneurship
- Investorship
- Kelirumologi