3. Pola-pola Misterius

Sori, paragrap ini agak njlimet tetapi ini pengetahuan fundamental tentang intuisi

Deret : 103, 4, 99, 114, 6, 108, 125, 8, 117, 136, 9, 127, 147, 12, 135, x, y, z

Gemblong tiba2 tahu tanpa tahu bagaimana ia memperoleh pengetahuan bahwa x, y, z = 158, 14, 144

Menurut Poincaré (matematikus), Gemblong ‘menemukan’ dan sekarang ia harus membuktikan dengan logika bahwa temuannya benar. Kita simak kembali deret itu

Langkah I
Deret : [103], 4, 99, [114], 6, 108, [125], 8, 117, [136], 9, 127, [147], 12, 135, x, y, z
Kita pisahkan deret yang bertanda [] : 103, 114, 125, 136, 147
Jika deret ini kita tandai, hasilnya 1(0){3}, 1(1){4}, 1(2){6}, 1(4){7}
Yang tanpa tanda kurung : 1, 1, 1, 1, ….
Yang bertanda () : 0, 1, 2, 3, 4, ……
Yang bertanda {} : 3, 4, 5, 6, 7, …
Jika demikian x = 1(5){8} atau 158. Binggo !

Langkah II
Deret : [103], 4, 99, [114], 6, 108, [125], 8, 117, [136], 9, 127, [147], 12, 135, …
Bisa ditulis [1+0+3], 4, 99, [1+1+4], 6, …. dst. Ternyata angka2 dibelakang [] adalah jumlah angka2 didepannya. Jika x = 158, maka y = 1+5+8 = 14. Binggo lagi !

Langkah III
Simaklah 3 angka suku pertama deret : 103, 4, 99. Ternyata 99 = 103 – 44. jadi z=x-y. z = 158 – 14 = 144. Lagi2 binggo !Gemblong, menemukan xyz melalui intuisi. Intellect has little to do, kata Einstein. Akal baru bekerja manakala Gemblong mempresentasikan temuannya kepada sejawatnya melalui analisa2 logis.
Dengan pongahnya Gemblong bilang - qed : quot erat demonstrandum (terbukti) xyz = 158, 14, 144.

Deret yang semula bagi kita tampak acak sepertinya tidak saling terkait ternyata berpola atau teratur. Antara suku2 deret ada korelasinya. Deret itu mungkin hanya bisa dipecahkan oleh sebagian kecil dari kita. Itu baru satu deret, banyak lagi deret2 yang lebih rumit keterkaitannnya antara suku yang satu dengan yang lainnya. Makin rumit deret makin sulit akal memecahkan. Dalam keadaan demikian tanpa kita sadari ada piranti lain yang mampu memecahkan, yaitu memindai pola2, yang kita namakan intuisi.

Ada deret x1, x2, x3, x4, x5, x6, ……. xn. Yang kita ketahui hanya x1 s/d x8 dan itupun tampak acak seolah tak ada keterkaitannya. Tiba2 ….. bum …. x16 = 28,458 misalnya. Ada pencolotan dari x9 s/d x15. Seterusnya barulah dengan akal kita membuktikan secara logis, termasuk mengisi mata rantai yang hilang yaitu x9 s/d x15. Ini yang disebut Hawkin : justify it by filling in the intermediate steps. Atau membuktikan sehingga kita bisa menyatakan quod erat demonstrandum dengan mantap.

Dalam kehidupan tampaknya wujud2 dan peristiwa tidak kait mengait, persis ketika kita lihat deret Gemblong yang belum terpecahkan. Akal dan indra5 kita tidak mampu menangkap keterkaitan itu tetapi intuisi kadang2 bisa.

Ada deret berupa foto2 : masjid, klenteng, patung Budda, gereja, gedung bank. Mana yang tak terkait ? Dengan cepat kita menyimpulkan bahwa gedung bank itu yang tidak terkait karena tidak ada sangkut pautnya dengan agama. Keliru ! Ada satu informasi yang terlewatkan atau tidak diketahui oleh si pengamat, bahwa foto2 itu karya arkitek, kecuali patung Budda. Yang tidak berkaitan adalah patung Budda karena itu bukan gedung.

Seorang religius dengan cepat mengartikan gedung bank tak relevan. Seorang kontraktor atheis mengartikan patung Budda yang tak relevan. Penilaian suatu wujud tergantung latar belakang pengamat. Apa yang diyakini sebagai intuisi ternyata bukan. Itu ‘wishfull thinkin’, harapan atau idola sipengamat bahwa dunia ini seharusnya religius. Kemungkinan kedua, intuisinya keliru !
Kita sampai pada tiga kesimpulan.

Lanjutken ke 4. Menyikapi Intuisi

No comments:

 

Friends

Inspirasi dan Motivasi Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh