7. Resiko

Kita masih berada pada bab membuat keputusan karena esensinya LME adalah pembuat keputusan. Job deskriptionnya itu. Kita ulang sejenak supaya nyambung. Ada orang yang mampu membuat keputusan dan mau bertanggung jawab. Untuk mampu membuat keputusan kita harus menggunakan kepala, bukan hati. Sulit sekali seorang F menjadi M. Contohnya Bung Karno yang F, ia M yang payah. Mengapa orang takut / segan membuat keputusan ? R e s i k o ! Setiap keputusan, betapapun kecilnya senantiasa mengandung resiko. Keengganan orang menghadapi resiko sangat manusiawi. Semua orang ingin selamat dan tidak terancam resiko.

Abraham Maslow menjelaskan bahwa manusia terdorong oleh motivasi2 :
Kebutuhan fisiologis : makan, tidur, birahi, dll
Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.
Kebutuhan untuk mewujudkan dirinya.

Kebutuhan akan rasa aman bukan sebatas fisik misal takut kesetrum listrik tetapi juga rasa aman finansial, masa depan, gangguan2 huruhara, dan segala macam ancaman. Resiko adalah sebentuk ancaman yang mengusik kebutuhan akan rasa aman. Berikut contoh kasus
“Pak, ini proposal tender sudah selesai”
“Lho, kok harganya muahal bianget ?”
“Tetapi hitungan saya aman, pak. Kita tak bakalan rugi”
“Sék, sék, sék ……. Apa sih jabatanmu ?”
“Quantity Surveyor (QS), menghitung harga pokok tender”
“Kok cari aman ?”
“Takut rugi, pak. Habis, apa sih tugas saya ?”
“Memenangkan tender ! Bukan cari aman”

Begitu besarnya kebutuhan mendapatkan rasa aman sehingga si QS menyimpang dari tujuan. Tugasnya memenangkan tender sak banyak2nya. Kok mbalah cari aman ? Kalau sekedar cari aman, ndak usah dihitung njlimet. Cukup awur2an dan harganya di-gede2in habis perkara ! Kalau harganya kegedean, bigimana kita mau menang tender ? Kalau tender kalah2 melulu dari mana gaji diperoleh ?

A ship in port is safe, but that is not what ships are built for. Benazir Bhutto
Kapal dipelabuhan pasti aman, tetapi kapal dibuat bukan untuk itu.

Begitulah, banyak dari kita yang mencari pekerjaan dengan motivasi gölèk slamet (cari rasa aman). Ini manusiawi tetapi hendaknya kita meluruskan kesalah kaprahan ini. Seyogyanya kita bekerja bukan (sekadar) karena mencari aman tetapi untuk tujuan2 yang lebih baik dan benar, Ada 4 kategori sikap2 manusia terhadap resiko.
Penghindar resiko (risk aversive)
Pengurang resiko (risk minimalis)
Penyangga resiko (risk taker)
Penantang resiko (risk chalenger)

M berada pada kategori 1-2-3, E pada 2-3. Orang yang berada pada kategori-4 bukan E. Kategori-4 adalah untuk penjudi, petaruh, gambler, spekulator yang benar2 untung2an. Ini tidak kita bicarakan. Ngabis2in pulsa.
Untuk memahami resiko kita harus mengenal dulu kata2 ‘takut’, nyali, berani, bondo wani (berbekal berani), dll. Rasa takut bisa positip karena ini bisa menghindarkan petaka. Hanya, rasa takut yang belebihan dampaknya merugikan.

Courage is not the absence of fear, but rather the judgment that something else is more important than fear. Ambrose Redmoon
Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi penilaian bahwa ADA YANG LEBIH PENTING dari rasa takut itu.

QS itu manusiawi jika ia takut salah hitung dan menimbulkan kerugian. Tetapi ia keliru, bahwa ada yang lebih penting dari rasa takutnya. Apa itu ? Menang tender ! Ini jauh lebih penting dari rasa takut itu.

Courage is the mastery of fear, not the absence of fear. Mark Twain
Keberanian adalah mengalahkan rasa takut, bukan ketiadaan rasa takut. Pahamilah bahwa rasa takut itu manusiawi dan sehat tetapi jangan sampai kita terjebak. Gölèk Slamet adalah manusiawi tetapi jangan sampai kita (se-mata2) termotivasi itu. Ada yang jauh lebih bernilai dari sekadar gölèk slamet.

If you wish to travel far and fast, travel light. Take off all your envies, jealousies, unforgiveness, selfishness, and fears. Glenn Clark
Jika kita hendak melakukan perjalanan yang jauh dan cepat, berjalanlah tanpa terlalu banyak beban. Buang jauh2 beban2 tak berguna semacam rasa iri, ketidak mampuan memaafkan, sikap mementingkan diri, dan rasa takut.

Sifat menghindari resiko tidak senantiasa bermakna negatip. Umumnya M bersifat demikian. Semakin tinggi posisi M, makin banyak dan besar resiko2 yang harus dihadapi. Sedemikian rupa sehingga sikapnya terhadap resiko bergeser dari semula menghindari resiko menjadi risk minimalis. M measures the wave, kesana kemari ia membawa meteran. Segala sesuatu mau diukur, termasuk resiko.

Sikap yang demikian melahirkan mekanisme2 pengendalian resiko, terkadang disebut risk managemen. Bentuk2 mekanisme itu misalkan agunan, asuransi, lc (letter of credit), warranty atau jaminan, kontrak2, akta2 notaris, perjanjian kerja, purchase order, dll. Metode outsourcing seperti yang diketengahkan bung Hendy juga salah satu cara meminimalkan resiko. Ini bisa berujut kemitraan, subcontracting, leasing, punya pemasok, dsb. Pengurangan resiko bisa berupa perangkat2 fisik seperti pppk, pemadam kebakaran, pelampung dipesawat, safety procedure, dll, sampai satpam2 yang mbukaki mobil2 kita menggeledah kalau2 kita bawa bom. Semua ini mengarah pada pengendalian keamanan.

Bahkan, bursa saham ikut2an. Apa sebenarnya yang dijual di bursa saham ? Saham ? Bukan. Uang ? Bukan. Jual beli sekuritas ? Bukan. Apa ? Resiko ! Itu pasar yang memperdagangkan resiko. Namanya jual beli sekuritas tetapi sebenarnya jual beli resiko. Ini hanya ulah para pemasar yang menggunakan euphemisme untuk melunakkan kata. Pelacur dulu dinamakan wts, sekarang psk. Bayangkan, jika bursa saham diganti namanya menjadi ‘bursa resiko’. Kata resiko sudah ‘menakutkan’, padahal bursa saham esensinya jual beli resiko.

Sifat M adalah tidak menyukai resiko dan sifat ini dinilai konstruktip positip dalam organisasi2. Sebagai M anda tak selayaknya berspekulasi dan tugas anda jelas, meminimalkan resiko jika menghindari tak dimungkinkan, E mendapat manfaat dengan sikap M yang tidak menyukai resiko. Ibarat rem, M menghambat semangat E yang kurang cermat mengukur resiko. Tanpa M, E murni terus2an dirundung potensi petaka. Jika anda punya sikap tidak suka terhadap resiko secara konstruktip, maka M adalah papan yang pas untuk anda. You are paid for it : mengendalikan resiko, meminimalkan atau menghindari jika itu bisa.
Semakin tinggi posisi M makin mirip ia dengan E dan pada satu saat iapun mau tidak mau harus ikut menyangga resiko. Situasi ini juga terkadang berkebalikan, makin mampu seseorang menghadapi resiko, yaitu menghindari-mengurangi-menyangga resiko, makin besar peluang untuk merayap keatas.

Fate loves the fearless. James Russell Lowell
Nasib menyukai orang2 yang tidak (mudah) takut.

Often the difference between a successful man and a failure is not one's better abilities or ideas, but the courage that one has to bet on his ideas, to take a calculated risk and to act. Dr. Maxwell Maltz
Seringkali perbedaan antara seorang yang sukses dengan yang gagal bukanlah terletak kepada kelebihan kemampuan atau gagasan2 tetapi keberanian seseorang untuk mempertaruhkan gagasannya, mengambil resiko yang terkendali dan bertindak.

Keberanian adalah sikap yang kita butuhkan, apakah itu merintis karir sebagai M ataukah sebagai E. Yang lebih penting lagi adalah kecakapan kita mengukur dan mengendalikan resiko. Sejak dini saya akan persiapkan anda semua untuk menghadapi resiko. Jika resiko itu kita tingkatkan sedikit demi sedikit lama2 kita akan terbiasa menghadapi resiko dan pada waktunya kita tak lagi gentar berduel dengan resiko.
Saya tidak menyarankan nekat, walau kadang itu harus kita lakukan dalam keterpaksaan. Nekat hanyalah untuk keadaan yang amat sangat terpaksa bagi mereka2 yang dirundung putus asa dan keterpaksaan. Jika anda tidak berada dalam posisi itu, mengapa harus nekat ? Nekat adalah spekulatip, mengapa kita tidak mengukur dan mengendalikan resiko ?

Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn't do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbour. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover. Mark Twain
Duapuluh tahun yang akan datang kau akan kecewa tidak melakukan hal2

Suatu hari, belasan tahun yang lalu saya check in kesebuah hotel bersama Frank. Ketika hendak masuk kamar saya heran, Frank tidak langsung masuk kamar tetapi menyusuri gang hotel. Frank, what the heck are you doin ? Ia mencari escape door (pintu darurat) bila terjadi kebakaran. Sejak saat itu, saya menemukan sebuah modus operandi yang bagus untuk menghadapi hidup. The escape dors !
Dalam hal apapun saya senantiasa mencari escape dor, bila ada hal2 buruk terjadi, kita sudah siap dan tahu bagaimana menyelamatkan diri. Dalam bahasa Indonesia : sedia payung sebelum hujan. Dalam bahasa lain : prepare the worst case scenario. Expect the unexpected. Dalam bahasa M, if plan-A fails, do plan-B. Juga dikenal dengan contingency planning.

Dalam segala hal kita senantiasa menggunakan tiga skenario : skenario terbaik, skenario yang paling mungkin, dan skenario terburuk. Kita mempersiapkan skenario terburuk, menargetkan skenario yang paling mungkin, dan melakukan seolah skenario terbaik yang akan terjadi. Ketika saya melintas dari M-E, saya meninggalkan kemapanan. Mobil BMW, poya2 ke euro tiap tahun, gaji yang berlimpah, dan semua fasilitas eksekutip. Tetapi saya tidak cukup KONYOL tanpa the worst case scenario. Dalam situasi terburuk saya dan keluarga akan baik2 saja karena saya memiliki golden parachute. Jika skenario worst case terjadi, saya bisa dengan tenang ndalang sambil singsot2. Binggo ….. yang saya peroleh adalah the best case.

Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah memakai perisai untuk melindungi diri. Bung Komo memakai modus operandi ini dan menamakan dirinya ‘jamangah parasutiyah’. Ia konservatip dan penuh ke-hati2an serta perhitungan. Tetapi ia juga bukan type gs (gölèk slamet). Bukan begitu, bung Komo ?

Itulah modus operandi yang saya sangat sarankan :
Jika bisa, hindari resiko
Jika itu sulit, hadapilah dan jinakkan, mandulkan, serta minimalkan resiko.
Dalam keadaan tertentu, kita harus duel. Lakukan itu, but do it intellegently. Dengan escape door, dengan parachute emas, sedia payung sebelum hujan, contengency planning, analisa worst case scenario, dll, dll.

Ini adalah jalan moderat antara gs yang sama sekali tidak punya keberanian dengan nekat yang konyol. Kita mau dan siap duel dengan resiko dan kita melakukannya dengan cara kita : cara cendekia. Work hard is good but work smart is better. Taking risk too dangerously is konyol, we take the risks intellegently & elegantly.

Ada dua tayangan TV yang layak simak yaitu Fear Factor di Transtivi dan Worst Case Scenario di Lativi. Kita simak peraga2 mengatasi rasa takut. Apa yang mereka rasa takut sering tidak menakutkan bagi kita. Misalnya dikerumuni laba2, saya sama sekali tidak takut. Makan kecoa bukanlah menakutkan tetapi menjijikkan. Kecoa hanyalah protein, sama sekali tidak berbahaya bagi kita. Juga cacing & ulat. Tetapi berendam dalam air beku mungkin soal kecil bagi sementara orang tetapi itu menakutkan saya. Saya tidak tahan kedinginan.
Itulah yang kita hadapi dalam kehidupan, kadang2 apa yang kita bayangkan menakutkan ternyata tidak begitu buruk. Yang kita hadapi bukan takut itu, tetapi ‘rasa’ takut.

When you face your fear, most of the time you will discover that it was not really such a big threat after all. Les Brown
Ketika kita hadapi rasa takut, seringkali ternyata itu bukan benar2 ancaman serius.

You gain strength, courage, and confidence by every experience in which you really stop to look fear in the face. Eleanor Roosevelt
Kau tingkatkan kekuatan, keberanian dan pédé pada setiap pengalaman manakalau kau benar2 berhenti dirundung rasa takut.

Many of our fears are tissuepaper thin, and a single courageous step would carry us through them. Brendan Francis Behan
Banyak rasa takut kita bak kelambu kertas tisu yang hanya dengan sekali hentakan keberanian, bisa kita tembus.

Sebagai penutup topik resiko, pahamilah bahwa keberanian adalah sikap utama yang dibutuhkan dalam berkarir. Kita harus meningkatkan itu. Sikit demi sikitpun boleh, no prablem. Pada saatnya kita akan membuat keputusan2 yang ‘berani’. Tetapi, jangan lupa untuk melakukan itu dengan cendekia.
Belum Selesai, masih under construction

No comments:

 

Friends

Inspirasi dan Motivasi Copyright © 2009 BeepTheGeek is Designed by Gaganpreet Singh